Pada tahun-tahun terakhir ini, metode pembelajaran interaktif selalu digaungkan oleh semua lapisan praktisi pendidikan. Guru-guru Besar, Dirjen Kementerian, Dinas Pendidikan, Pengawas hingga Orang Tua Murid. Metode ini dianggap paling layak dan hebat untuk memajukan pendidikan nasional. Formulasi kebijakan pun keluar dari setingkat menteri hingga setingkat camat. Kurikulum pun bergonta-ganti nama. Rubah jadwal tambahkan jam. Materi ajar sekolah dasar berbentuk tematik. Penggabungan semua pelajaran dalam satu tema. Semuanya itu demi mendapatkan formulasi yang cocok untuk metode pembelajaran interaktif. Metodologi Pembelajaran Interaktif adalah pendekatan dalam pengajaran dan pembelajaran yang melibatkan interaksi aktif antara pengajar dan peserta didik
Guru sebagai pelaksana pembelajaran di lapangan hanya cukup mengelus dada. Guru-guru di sekolah bingung. Wali murid pun ikut bingung dengan perubahan materi ajar dan peningkatan kompetensi kelulusan yang tidak rasional. Bayangkan saja. Materi ajar Tematik itu seperti sebuah nasi goreng spesial, yang dihadapkan kepada para murid sekolah dasar. Nasi gorengnya boleh beli. Guru-guru sekolah dasar tidak punya resep nasi gorengnya dan tidak ikut memasaknya. Para murid pun bingung karena disuruh diskusi resep nasi goreng spesial dan cara membuatnya.
Metodologi Pembelajaran Interaktif merupakan pembelajaran dua arah antara pengajar dan murid. Terjadilah diskusi, pertukaran informasi dan pengalaman. Diskusi bersama antara guru sekolah dasar dan para murid terjadi seperti perkumpulan orang buta yang sedang mendiskusikan bentuk gajah. Orang buta yang pegang buntut, berpendapat bahwa gajah itu panjang dan bau. Orang buta yang pegang kuping, berpendapat bahwa gajah itu tipis lebar. Orang buta yang di antara kedua kaki bagian belakang gajah, berpendapat gajah itu lembek-lembek kenyal.
Metodologi Pembelajaran interaktif tidak bisa dipersempit dengan mencaci maki metode pembelajaran hafalan. Sepuluh tahun terakhir ini banyak praktisi karbitan yang mencaci maki metode pembelajaran hafalan. Penulis berdebat di salah satu platform medsos dengan praktisi karbitan yang menganggap metode pembelajaran hafalan sudah tidak relevan. Penulis hanya mengajukan satu pertanyaan; Bagaimana anda bisa menyelesaikan soal matematika bangun ruang tapi tidak hafal rumusnya?
Sepuluh tahun terakhir ini, banyak praktisi karbitan yang menganggap bahwa pendidikan nasional Indonesia lebih banyak teoritis tanpa pengalaman. Albert Einstein dan para penemu bom atom mendapatkan informasi dari para pakar teoritis terdahulu. Komputer yang terhubung dengan internet semuanya berisi algoritma yang dahulu disebut teoritis yang tidak bermanfaat banyak bagi semua orang. Ternyata teoritis yang disiplin ilmu bisa mendatangkan keuntungan dan kemajuan teknologi berbasis networking seperti HTML, Javascript, C++, CSS, PHP, Delphi, DOS, Linux, Ibm, windows, MacBook, Android, Google dan lainnya
Para praktisi pendidikan karbitan merusak sistem pendidikan nasional republik Indonesia. Penulis melihat mereka adalah orang-orang gagal yang tidak sadar dan menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Sudah cukup rasanya bahwa pendidikan nasional republik Indonesia punya kekurangan, yakni; kepentingan politik praktis. Popularitas lebih utama daripada kualitas.
0 Komentar